Hari-hari membosankan pun pudar, karenanya. Sesuatu yang hilang dariku mulai muncul dan mendekatiku lagi, perasaan memiliki seorang teman akhirnya kumiliki kembali.
“Ayo kesana, disana sepertinya ada tempat yang bagus.”
“Baiklah, ayo kesana. Akan kutunjukkan kecepatanku berlari.”
Kakiku mulai kulangkahkan kedepan yang semakin lama semakin cepat. Tanpa melihat kebelakang aku tetap melangkahkan kaki tanpa kusadari dia begitu jauh di belakang. Aku merehatkan kakiku di bawah pohon. Kupegang jari-jari kakiku dengan jari-jari tanganku, otot-otot kakiku menegang dan terasa sakit.
Beberapa menit berlalu, ia pun datang dengan badan penuh keringat.
“Huft… Huft…, Akhirnya sampai juga.”
“Dasar lamban”
“Penghinaan” Sambil membuang muka
“Sebaiknya kau mulai melatih kedua kakimu, Musim”
“Jangan sombong dulu, Aku cuman kalah start.”
“Apa? aku tidak dengar.” sedikit menyindir
“Aku bilang aku cuman kalah start.” merasa tersindir karena perkataan Cahaya
“Apa? lebih keras kalau bicara, aku gak dengar loh.”
“Dasar… Terserah lah..”
Menyenangkan sekali mempunyai teman.
Serasa seperti di tempat kesukaanku yang dulu. Kicauan burung dapat kudengar lagi, suara ranting-ranting pohon yang saling bertabrakkan, air yang mengalir deras di sungai, dan hembusan angin dapat kurasakan lagi.
“Aku rindu rumah” terucap lirih.
“Kamu bilang apa tadi ?” sambil melihat ke arah Cahaya.
“Tidak, bukan apa-apa” dengan sedikit tersenyum.
“….” Musim terdiam kebingungan
Matahari sudah tenggelam, aku mulai melangkahkan kaki kembali. Kami mulai berlari lagi, namun kali ini Musim yang menang. Dia melampaui harapanku, cukup cepat dia beradaptasi denganku. Seakan-akan dia sudah melangkah jauh di depan ku.
Malam hari pun berlalu. Aku bersiap untuk mendatangi rumahnya. Baju lengan panjang dan celana panjang yang ku kenakan.
“Yosh… Ayah aku pergi dulu.”
Ayah menjawab semangatku, pintu tertutup di depan mataku mulai ku dekati. Dan…
Tok.. Tok.. Tok..
“Siapa yang datang ?” Ayah menanyaiku
“Entahlah”
Terdengar bunyi ketukan pintu tepat saat aku meraih gagangnya. Kubuka perlahan, cahaya matahari pagi mulai menerobos masuk ke dalam melalui celah pintu yang terbuka. Mataku terkejam sementara akibat cahaya yang langsung mengarah ke mataku.
3